Menikmati Proses. Meladeni Obsesi. Mengakrabi Tuhan.

Pengobatan Benjolan di Leher (3)

18 komentar
Baca cerita sebelumnya di Pengobatan Benjolan di Leher (2)

Hai, semuanya. Wah, cukup lama ya aku tidak bercerita tentang perkembangan proses pengobatan TB kelenjar yang sedang  kujalani. Belum sempat nulis, alasan banget nih. Sebenarnya akhir September nanti, pengobatannya dijadwalkan sudah selesai. Namun, sebelum itu aku mau cerita tentang awal-awal deteksi penyakitnya supaya nyambung dengan cerita di postinganku sebelumnya.

Ruangan Konsultasi

Singkat cerita pada tanggal 5 atau 6 Desember 2016, aku sudah berada di ruangan dr. Barliana, seorang dokter patologi di Klinik Ahla Assyifa, Kandangan. Selain sang dokter, di ruangan tersebut juga ada dua orang asistennya yang akan membantu proses biopsi. Aku dipersilakan rebahan di atas ranjang yang terdapat d ruangan tersebut. Kepalaku diminta untuk menghadap ke kiri, karena benjolan yang akan disedot cairannya ada di sebelah kanan leherku. Aku pun menoleh ke arah kiri, persis menghadap dinding. Kemudian terasa sedikit sengatan kecil seperti disuntik. Tak lama kemudian, rasa sakit tersebut sudah hilang. Ternyata proses biopsinya sudah selesai. Tanpa pembiusan. 

Dokter Barliana kemudian menjelaskan bahwa pada hasil pengamatan sementara tersebut tidak ditemukan sel ganas. Namun, terdapat banyak jaringan nekrotik yang artinya jaringan tersebut sudah mati dan tidak aktif lagi. Entah apa relevansinya dengan penyakitku. Yang jelas, untuk penjelasan lebih lengkap hasilnya dapat diambil 2-3 hari kemudian kata beliau. 
  
Karena aku menolak metode operasi untuk deteksi jenis penyakit, maka dr. Nanda merujuk aku ke sebuah klinik yang bisa melakukan FNAB. Biopsiasi Jarum Halus atau Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB) adalah penyedotan sedikit massa/cairan dari kelainan di tubuh (pada kasusku, ya benjolan di leher ini) untuk kemudian dideteksi secara mikroskopis. Aspirasi atau penyedotannya menggunakan sebuah jarum, mirip seperti syringe.

Meski sudah selesai aku tetap disuruh menghadap ke kiri, jaga-jaga jika kemungkinan biopsinya akan diulang. Aku hanya mendengar si dokter memerintahkan beberapa instruksi kepada kedua asistennya dan bunyi alat yang cukup bising, aku menebak-nebak alat apa yang berbunyi tersebut. Namun, aku belum bisa mengenalinya. Ketika kepalaku sudah boleh ditolehkan ke kanan ternyata proses identifikasi sementara lewat mikroskop oleh dokter sudah selesai. Yaaah, padahal aku kan ingin melihat dokter membuat preparat dari jarinfan yang ia ambil. Saat itulah aku baru sadar, alat yang berbunyi tadi adalah hairdryer untuk mengeringkan preparat yang telah diwarnai sebelum diperiksa di bawah mikroskop. Pantas tidak terdengar asing. Di lab dulu, pewarnaan Gram adalah salah satu metode dalam penelitianku.

Hasil pewarnaan Gram

Tanggal 8 Desember kemudian aku mendapat sms pemberitahuan bahwa hasil uji lab milikku sudah bisa diambil. Namun, karena beberapa hal hasil tersebut baru bisa kuambil tgl 16 Desember. Alhamdulillah, inti dari hasil pengujian menunjukkan bahwa tidak ada potensi kanker ganas. Hanya memang gejala yang kualami menunjukkan adanya infeksi tuberculosis kelenjar.

Hasil Pengujian Laboratorium

Jika benjolan menunjukkan pengecilan atau bahkan hilang, maka setelah pengobatan 6 bulan pengobatan akan dihentikan. Namun jika volume benjolan masih tetap atau bertambah maka pengobatan akan ditambah hingga 3 bulan lagi.

Karena kesibukan dan lain hal aku baru bisa konsultasi ke dokter di rumah sakit pada tanggal 28 Desember. Seperti biasa konsultasi ke rumah sakit memakan waktu yang lama sekali karena harus antri. Tiga setengah jam harus dikhususkan untuk meluangkan waktu. Jam 10 aku ke rs. Antri di loket BPJS hampir 1 jam, lalu ke loket pendaftaran sebentar saja karena sudah siang dan loketnya hampir tutup untuk menerima pasien rawat jalan. Nah menunggu di polinya ini yang lama. Aku baru bisa pulang jam 13 30.

Kakek-kakek yang antri di depanku

Konsultasi  dengan dr. Priha hanya sebentar. Beliau melihat hasil biopsiku dan kemudian mengatakan bahwa sampai saat ini dapat disimpulkan bahwa aku terkena peradangan kelenjar getah bening akibat infeksi bakteri tb. Proses pengobatannya akan membutuhkan waktu selama 6 bulan berturut-turut. Beliau kemudian membuat surat rujukan balik ke puskesmas agar aku tidak perlu lagi ke rumah sakit untuk mengambil obatnya. Namun, ketika masa pengobatan sudah hampir habis aku harus ke RS lagi agar beliau mengetahui perkembangannya.

Ya, akhir tahun lalu di hidupku aku menerima vonis penyakit yang mungkin tidak terlalu berat tapi membutuhkan konsistensi. Bayangkan saja, menenggak obat selama 6 bulan berturut-turut. Pasti tidak mengenakkan. Tunggu ceritaku selanjutnya ya tentang proses pengobatanku dengan minum Obat Anti Tuberculosis (OAT).

Baca cerita selanjutnya di Pengobatan Benjolan di Leher (4)
Rindang Yuliani
Hi, I'm Rindang Yuliani. I'm a writer, a civil servant, and living in Barabai, South Borneo. I love reading and I'm interested in travelling. My first book is Escape, Please!

Related Posts

18 komentar

  1. dan biasanya pengobatan gak boleh putus ya mbak

    BalasHapus
  2. saya tau gimana gak enaknya berurusan dgn dokter, rumah sakit dan embel2nya. tapi itu semua mau gak mau ya harus dijalani kalau mau sembuh.. :)

    alhamdulillah gak sampe kena vonis kanker. intinya, kalau udah ada rasa sakit, harus cepat2 konsultasi ke dokter ya. hehe.

    BalasHapus
  3. mantab nih semangat untuk sembuhnya, terus gimana sekrang? kan udah lewat 6 bulan nih. Dah sembuh kan mbak?

    BalasHapus
  4. Semoga cepat diberi kesembuhan total ya, Rindang.
    Aku bacanya sambil megangin leher bagian belakang. Soalnya aku ada juga benjolan kecil yang sempat diduga tiroid tapi males aku periksain.

    BalasHapus
  5. Alhamdulillah skrng udah sehat ya Mbak Rindang. Saya baru tau ada metode lain selain operasi (FNAB itu). Pas ditusuk gtu dibius lokal atau totalkah? Atau malah tdk dibius?
    Makasih sharingnya. Semoga sehat2 yaaa

    BalasHapus
  6. Aku dl waktu kecil juga punys benjolan di leher. Dikiranya gondok. Ternyata bukan. Lama-lama dia hilang sendiri dengan diet yg diatur dokter. Sqya sendiri g yakin itu sakit apa. Lah, malah curhat. Sehat-sehat yaaa mbakkkk. Ditunggu cerita lanjutannya

    BalasHapus
  7. Kalo gak salah fitrop juga kan ada benjolan di leher gitu juga kan. Dan dia kena TB kelenjar juga deh kalo gak salah. Soalnya aku pernah liat vlognya gitu.

    Btw, sekarang keadaan Kakak gimana? Sudah membaik? Semoga segera pulih dan membaik sepenuhnya ya, Kak. Aamiin


    Kalo dulu sih mama aku ada benjolan di punggungnya gitu, dan akhirnya dioperasi buat diambil.

    Oh iya, kalo TB kelenjar gitu awalnya enggak bisa kedeteksi dini atau gimana sih kak? Apa ada tanda-tanda awalnya gitu?

    BalasHapus
  8. Tetanggaku juga sedang cemas akibat benjolan di leher gini, Rindang.
    Dan beraaatt rasanya memutuskan untuk operasi.

    Syafakillah yaa.. Rindang.
    Semoga lancar dan lekas sehat kembali.
    aamiin.

    BalasHapus
  9. Aku baru tahu Mbak Rindang sakit begini :'( Benar-benar perlu konsistensi luar biasa buat telaten penyembuhan selama 6 bulan. Aku aja sering lupa minum obat kalau sakit, padahal cuma butuh waktu pengobatan 3-5 hari saja. Yang sabar ya, Mbak. Semoga lekas sembuh..

    BalasHapus
  10. Saya pun pernah punya pengalaman hidup dengan benjolan seperti itu, bedanya benjolan yang ada di tubu saya itu muncul di siku.
    Oleh dokter, benjolan tsb disebutnya sebagai ganglion, semacam benjolan yang tidak berbahaya..
    Itu muncul karena dulu saya sempat berlatih fisik secara keras sehingga menimbulkan ganglion, tapi beruntungnya 5 Bulan kemudian, ganglion tsb hilang dengan sendirinya

    BalasHapus
  11. hawuh
    infeksi - tuberkulosis - kelenjar
    3 hal seram yang digabungin jadi satu
    duh laaaah, ngeri banget itu

    tapi percayalah, pasti Allah ada maksud lain untuk itu
    cuma orang2 yang kuat dan setrong yang bisa terapi dan berjuang bagaimanapun caranya

    semoga lekas disembuhkan ya kaaak

    BalasHapus
  12. Alhamdulillah ya Mbak kalo enggak ada sel-sel kanker atau penyakit lainnya yang mengerikan. Semoga sehat selalu ya, Mbak. Btw tadi saya agak-agak cemas nunggu foto benjolannya, eh ternyata gak ada. Alhamdulillah sih, soalnya saya takut liat foto-foto penyakit gitu :)

    BalasHapus
  13. Wah. Tuberculosis di leher? Berarti pengobatannya tetap dengan menggunakan regimen yang berada pada TB kan ya? Alhamdulillah deh tidak disebutkan dalam kanker ganas. Namun, sebenarnya akan lebih jelas jika dilakukan biopsi sih, tapi ya itu semua terserah dari mbaknya. Semoga mengecil ya, benjolan itu. Amin.

    BalasHapus
  14. Semoga cepat sembut TB kelenjar-nya Mbak. Sedih membacanya. Jadi ikut cemas meski dinyatakan tidak ganas.
    TB memang pengobatannya lama, dan harus teratur dan konsisten ya.
    SEMANGAT!

    BalasHapus
  15. Doohh... Benjolan di leher gitu ngeri ya mbak. Kelenjar getah bening akibat TB, aku bacanya ngilu :(
    Aku pernah ngerasa ada benjolan kecil di leher, terus ke dokter. Pas diperiksa, Dokternya sedikit ketawa. Kata dokternya, ini cuma jerawat, dioles saleh juga sembuh. Aku terlalu parno, gara" baca artikel di internet huhuhu...
    Pas nebus salepnya, mau nangis. Soalnya harganya lumayan mahal hahaha...
    Semoga cepat pulih mbak :)

    BalasHapus
  16. Wah, tapi sekarang sudah sembuh ta kak?

    Alhamdulillah kalo sudah, memang minum obat dalam jangka waktu lama itu bikin capek ya :(

    BalasHapus
  17. cepet sembuh ya kak.

    pengobatannya pasti bersih insyallah ketika kita banyak berdoa dan berusaha. walaupun harus sering sering checkup dan konsultasi tersebut.

    semangat ya mba

    BalasHapus
  18. Salam.. terimakasih tulisannya sangat membantu. Sy jadi tahu Dr Barliana praktik di Ahla Assyifa. Sy mengalami benjolan juga d leher, dan ada rencana ketemu Dr. Barliana. Oh ya, sy tinggal di Tanjung. Mohon doa semoga lancar dan tidak ada yg serius..

    BalasHapus

Posting Komentar