Menikmati Proses. Meladeni Obsesi. Mengakrabi Tuhan.

N Story to be Continue

Posting Komentar
Pada postingan sebelumnya aku sudah menceritakan tentang cerita memilukan si N yang terpaksa harus dirawat di rumah sakit karena menderita komplikasi gizi buruk, liver, dan tipes akut. Kali ini aku akan melanjutankan ceritanya. Meski boleh dibilang ini late post, seharusnya aku menulis ini setelah menjenguk N di rumah sakit. Tapi sebuah musibah kecil menimpaku, S4 kesayangan drop tidak bisa dicash. Bahkan ketika dibelikan baterai baru pun tetap tidak bisa menyala. Long weekend kemaren pun aku belum sempat membawanya ke tempat servis karena ikut ke Palangkaraya, jalan-jalan bersama keluarga hingga minggu malam. Oleh karena itu semua sosmedku seperti mati suri, nothings update.

Kembali ke N, waktu kami kunjungi ternyata dia dirawat di selasar Ruang Safir RS Damanhuri Barabai. Ada banyak pasien lain yang juga terpaksa dirawat inap dengan peralatan sederhana dan di selasar yang notabene tempat orang lalu-lalang. Hal ini dikarenakan membludaknya jumlah pasien melebihi kapasitas kamar inap yang disediakan oleh rumah sakit. Ketika melihat N pertama kali, keadaan yang sebenarnya 90% sama dengan imajinasiku berdasarkan gambaran yang diceritakan oleh suamiku. Menurut suamiku, wajah N yang kami lihat saat itu lebih cerah dibandingkan dengan wajahnya sehari-hari, mungkin karena dia sudah menerima transfusi darah. N dijaga oleh bibinya yang masih muda. Ketika kami tanya mengapa neneknya tidak ikut ke rumah sakit, N menjawab kalau neneknya sedang mengurus cucu yaitu anak si bibi yang menemaninya di rumah sakit.

Di sinilah N dirawat
Saat kufoto, dia sedang ke toilet


N ternyata membutuhkan transfusi darah sebanyak 6 kantong. Hingga kami menjenguk kemarin, baru tersedia 4 kantong. Sebenarnya sudah ada 6 orang bergolongan darah O yang dicarikan oleh kepala desa N, tapi ternyata ada 2 orang yang tidak memenuhi syarat untuk mendonorkan darah karena bertekanan darah tinggi. Kebetulan suamiku bergolongan darah O sehingga waktu itu dia bisa menyumbangkan darah 1 kantong, 1 kantong lainnya didonorkan oleh suami ibu guru teman mengajar suamiku.

Suamiku saat transfusi darah

Ada banyak faktor ternyata yang menyebabkan kondisi N seburuk saat ia dibawa ke rumah sakit. Salah satunya adalah faktor perceraian orang tuanya. Menurut cerita bibinya, N sempat tinggal dengan ayahnya di Mataraman, Kab. Banjar. Namun kondisi ekonomi dan kekurangperhatian sang ayah membuatnya sering makan mie instan sebagai pengganti makanan pokok. Ketika pindah kembali ke rumah neneknya disini, gejala penyakit tipes mulai muncul. Asupan makanan kurang bergizi yang dikonsumsinya pun menambah drop tubuhnya. Sang bibi tidak ada menyinggung atau menyebut-nyebut tentang ibunya N, sehingga aku pun tidak berani menanyakannya. Meski sebenarnya aku penasaran tentang ibu si N ini.

Alhamdulillah sudah terkumpul sekian ratus ribu sumbangan dari teman-teman yang membaca postingan Balada Si N. Bantuan tersebut diserahkan langsung kepada bibi N. Beberapa bantuan juga ada yang menyusul dan disalurkan melalui sekolah. Kabar terakhir katanya N sudah boleh dibawa pulang ke rumah, meski masih belum bisa bersekolah. Semoga tidak ada kejadian seperti ini lagi. Juga semoga N dan anak-anak lain yang tengah berjuang menuntut ilmu selalu dimudahkan. Aamiin. []

Update: Akhir Mei 2016 akhirnya N menghembuskan nafas terakhirnya akibat penyakit yang ia derita. Semoga Allah memberikan kelapangan di akhiratmu, Dek. Tak seperti di dunia yang kejam ini.
Rindang Yuliani
Hi, I'm Rindang Yuliani. I'm a writer, a civil servant, and living in Barabai, South Borneo. I love reading and I'm interested in travelling. My first book is Escape, Please!

Related Posts

Posting Komentar