Menikmati Proses. Meladeni Obsesi. Mengakrabi Tuhan.

Logika Memberi dan Meminta

Posting Komentar
Andai kamu adalah orang tua yang memiliki anak. Jika anakmu penurut, tak perlu ia meminta pun tentu akan kau beri keinginannya. Sebaliknya jika anakmu pembangkang, ketika ia meminta sesuatu dengan menangis darah pun kau mungkin masih enggan memberikan apa yang diinginkannya.

Mungkin itulah sedikit gambaran mengenai hubungan kita dengan Allah. Percayalah, hanya dengan memberi kita dapat meminta (baca: menerima). Coba pikir sejenak, bukankah sebenarnya kita ini adalah orang yang tak tahu diri jika kita meminta dengan orang yang tak kita patuhi perintahnya? Bagaimana perasaan orang tersebut? Tentu akan sangat jengkel bukan.

qoutescover.com

Satu analogi lagi. Seandainya kita adalah seorang bos dalam suatu perusahaan. Seorang pegawai kita memohon minta dinaikkan gaji dan ia akan berjanji bekerja lebih giat setelahnya. Apakah kita mengabulkan permintaannya? Belum tentu. Tapi bayangkan jika ada seorang pegawai yang semakin rajin setiap hari dalam bekerja, tak ia minta pun kita pasti akan memberikannya bonus tambahan. Logikanya, memberi dulu baru menerima. Memantaskan diri dulu baru meminta. Inilah yang terjadi ketika kita bernazar. "Allah, jika kau berikan aku kekayaan aku akan bersedekah", atau "Allah, jika kau beri aku istri yang sholehah maka aku akan lebih rajin beribadah". Pertanyaannya, kita pantas tidak menerima permintaan kita tersebut? Coba kita ubah, "maka" di depan "jika" di belakang.

Jangan banyak mencari alasan untuk menghindari ibadah kepada Allah, jika kau tidak ingin Allah juga memiliki banyak alasan untuk menghindari terkabulnya do'a-do'amu pada-Nya.

Sudah disebutkan dalam kitab-Nya yang mulia, Al-Quranul Kariim bahwa kita -manusia dan bangsa jin diciptakan untuk beribadah kepada-Nya. Bayangkan jika suatu hari nanti, kita bisa menciptakan sebuah robot dengan tujuan agar si robot tersebut membantu pekerjaan rumah kita. Tapi ternyata, si robot tersebut menjadi pengacau dan malah merusak pekerjaan kita. Bukankah kita marah karenanya? Karena robot yang kita ciptakan tidak berbuat sesuai tujuan penciptaannya. Nah, begitu juga dengan kita, manusia.

Namun, yang perlu digarisbawahi adalah bahwa Allah sama sekali tak membutuhkan ibadah kita. Tanpa kita beribadah kepadanya pun, Ia sudah kuat, sudah maha segalanya. Ibadah itu untuk kita, akan dikembalikan Allah ke kita dalam bentuk yang berbeda. Subhanallah.

Mari menjadi pribadi yang tahu diri, ketika kita meminta pada-Nya ingatlah apakah kita sudah memberi rasa syukur kita pada-Nya dengan melaksanakan kewajiban dan kebajikan yang Ia sukai. Karena sesungguhnya, kita hanya patut menerima setelah kita memberi.
Rindang Yuliani
Hi, I'm Rindang Yuliani. I'm a writer, a civil servant, and living in Barabai, South Borneo. I love reading and I'm interested in travelling. My first book is Escape, Please!

Related Posts

Posting Komentar