Menikmati Proses. Meladeni Obsesi. Mengakrabi Tuhan.

Kucing-kucingku Malang

Posting Komentar
Entah mengapa sekitar satu atau dua tahun ke belakang, anak-anak kucing di rumahku banyak yang mati. Paling lama hidupnya mungkin sekitar lima bulan, setelah itu "tewas". Penyebab kematian kucing-kucing tersebut masih menjadi misteri bagi keluargaku sampai sekarang. Namun beberapa dugaan muncul, salah satunya kemungkinan anak-anak kucing yang meninggal tersebut termakan rumput yang terkena herbisida. Di sekitar rumahku memang banyak tumbuh rumput liar dan terkadang kalau sudah hampir tinggi dibasmi menggunakan herbisida. Suamiku menduga kemungkinan penyebab para krucil itu meninggal adalah ketidakhigienisan makanan yang mereka konsumsi. Tapi ada juga penyebab matinya yang ketahuan, yaitu karena tertabrak pengendara motor atau mobil di jalan depan rumah. Oya, beberapa hari yang lalu kucing kesayangan keluarga di rumah mertuaku juga meninggal setelah tertabrak mobil. Padahal Bilqis -namanya- adalah kucing rumahan nan cantik dengan warna kuning-putih-hitam.

Si Hitam yang mati keracunan

Kucing-kucing yang mati di rumah akhir-akhir ini ada 2 ekor yang masih kuingat. Pertama anak kucing berwarna putih satu-satunya dalam hampir 3 tahun terakhir ini. Kebanyakan biasanya yang lahir adalah abu-abu atau hitam. Anak kucing putih ini mati dengan misterius, tidak terlihat jasadnya. Namun sebelumnya memang terlihat sih kalau dia mulai agak melemah. Yang terbaru ini anak kucing berwarna hitam juga sama misterius kematiannya. Suatu pagi kami temukan ia terbaring lemah sambil sesekali terbatuk seperti keracunan. Yang bisa kami lakukan saat itu adalah menyelimutinya dan menetesi mulutnya dengan madu, setelah itu kami tinggal kerja. Pulang kerja sosok anak kucing ini sudah menghilang, aroma busuk dari jasadnya kalau sudah mati pun tak ada. Kami mencarinya di seluruh sudut rumah tanpa hasil. Sekali lagi aku harus merelakan piaraan kecilku pergi menghadap Ilahi.

  

Mengapa hanya anak-anak kucing yang mati? Boleh jadi karena yang dewasa sudah kuat dan terbiasa menghadapi lingkungan, sedangkan yang kecil masih belum bisa beradaptasi hingga tak tahan dan meninggal. Sedih sekali rasanya mengetahui saat kucing-kucing tersebut meninggal apalagi usianya masih amat muda. Tapi alhamdulillah generasi kucing di rumahku belum pernah putus, selalu ada yang mengisi rumah kami meskipun penghuni manusianya jarang ada di rumah. Mitos mengatakan kalau ada kucing di sebuah rumah maka penghuni rumah tersebut rezekinya mudah. Yah setidaknya selalu ada rezeki untuk berbagi makanan dengan para kucing tersebut.

Si Tengleng dengan dua anaknya yang sudah tiada

Kucing yang tersisa di rumah sekarang ini ada 3, yaitu yang biasanya kami panggil Nenek karena dia punya anak yang pernah punya anak juga. Si Nenek ini sudah sangat lama tinggal di rumah, umurnya untuk seekor kucing mungkin memang seumur nenek-nenek. Aku sendiri lupa tahun berapa dia lahirnya. Nah, si Nenek berwarna abu-abu ini punya anak berwarna hitam dan kami panggil dengan nama si Tengleng. Tengleng adalah posisi kepala yang tidak ke arah depan. Kepalanya begitu karena pada waktu kecil pernah terinjak secara tak sengaja oleh Papa, kepalanya yang terinjak ternyata tidak bisa kembali normal seperti semula hingga kini. Tengleng ini masih hidup sampai sekarang, namun anak-anaknya sudah banyak yang mati. Adik terbaru dari si Tengleng yang berarti anak si Nenek ada 3, namun 2 diantaranya meninggal dengan misterius karena tidak nampak di rumah dan satu-satunya yang tersisa menjadi kucing ketiga pengisi rumah kami.

Semoga diantara dua kucing betina dewasa tersebut ada yang hamil lagi dan melahirkan anak-anak yang sehat tanpa meninggal di usia muda. Aamiin.
Rindang Yuliani
Hi, I'm Rindang Yuliani. I'm a writer, a civil servant, and living in Barabai, South Borneo. I love reading and I'm interested in travelling. My first book is Escape, Please!

Related Posts

Posting Komentar