Menikmati Proses. Meladeni Obsesi. Mengakrabi Tuhan.

Kado Ulang Tahun untuk Suamiku

4 komentar
Dear tata,

Selamat ulang tahun :* 

Tak ada kado istimewa yang bisa kutemukan untukmu lebih spesial dari ini. Sebuah catatan. Ya, sebuah tulisan. Kamu tak akan menemukan kado ini di toko manapun, karena aku khusus membuatnya untukmu.

Aku tahu, kamu akan berkata bahwa tahun ini kado ulang tahun terindah adalah hadirnya aku dalam hidupmu. Abaikan, kalau aku terlalu geer. Setidaknya dengan mengatakan begitu, berarti aku yakin dengan besarnya rasa cintamu padaku.

Tanyakan sekali lagi, apakah aku juga mencintaimu? Jawabannya, sangat. Aku jatuh cinta berkali-kali padamu di awal pernikahan kita. Serius. Akad yang kau ikrarkan di hadapan penghulu 19 hari yang lalu mampu membuatku luluh. Janji suci tersebut juga otomatis menjadi pengunci hatiku untuk cerita-cerita dari masa lalu. You're the one.

Sejak aku mengenalmu sewindu yang lalu, aku tahu kita sangat berbeda. Kontradiktif. Aku tak pandai mengontrol emosi, kamu begitu penyabar. Kamu sosialis, aku individualis. Aku introvert, kamu ekstrovert. Kamu supel, aku kaku. Aku seriusan, kamu humoris. Bahkan hingga sekarang, hitam-putih itu masih ada. Beruntungnya kita, perasaan 'ajaib' itu menambal gap antara kita.

Kamu boleh bilang perasaan itu cinta. Tapi bagiku yang pemikir ini, butuh waktu (sangat) lama untuk memastikan itu. Dulunya, kupikir perasaan ini sementara saja. Pun kurasa, ini hanya sekedar kekaguman junior terhadap senior. Setelah menikah, aku menyadari ternyata ini bukan sekedar cinta. Tapi juga komplikasi seluruh perasaan bahagia yang kupunya; sayang, rindu, damai, tenang.

Hampir tiga minggu usia pernikahan kita sekarang, kupikir aku masih perlu banyak belajar untuk menjadi istri yang baik. Lagipula sepertinya waktu 1 minggu bersama, jauh dari cukup untuk merangkum seluruh tentangmu (juga tentangku). Ada masih banyak sisi masing-masing dari kita yang harus dipahami dengan bersama. Namun untuk sementara, biarlah jarak berkuasa atas segala investasi rindu kita. Kesabaran pasti akan berbuah manis.

Jangan terkejut jika di tengah-tengah perjalanan nanti kamu menemukan sisi diriku yang lain. Seperti yang pernah kamu bilang, sepertinya aku berbakat menjadi bunglon. Berubah 'warna' kapan pun aku suka. Beberapa hal yang random juga sulit dipahami di balik sifatku yang orderly. Yang jelas, aku yang selama ini kamu kenal bukanlah 'pencitraan'. Hanya, karena memang aku tak mungkin menggambarkan siapa aku sama jelasnya dengan ketika kau melihatnya langsung.

Meskipun kita pernah berkata bahwa akan menerima apa adanya tentang masing-masing kita. Aku tak ragu jika aku aku harus 'berubah' untuk menyenangkanmu. Siapa lagi yang bisa kubuat bahagia dengan balasan surga, selain kamu imamku? Bahkan menurut syara, prioritasku terhadapmu lebih tinggi dari pada prioritasku terhadap ayah-ibuku.

Kanda, mungkin saat ini kamu terlelap dengan tubuh yang letih karena seharian bekerja. Semoga ketika fajar membangunkanmu, badanmu akan kembali segar. Baca kado ini pagi-pagi dan bawa semangatnya hingga malam kembali.

Love you

Rindang
Rindang Yuliani
Hi, I'm Rindang Yuliani. I'm a writer, a civil servant, and living in Barabai, South Borneo. I love reading and I'm interested in travelling. My first book is Escape, Please!

Related Posts

4 komentar

Posting Komentar