Menikmati Proses. Meladeni Obsesi. Mengakrabi Tuhan.

Warung Sakadup

Posting Komentar
Secara pribadi, aku tidak suka kalau mendengar ada warung makan yang masih buka ketika siang Ramadhan. Warung sakadup, kata orang Banjar. Hanya alas kaki yang kelihatan karena badan dan kaki yang naik ke atas bangku tertutup tenda yang menutupi warung. Apalagi rumah makan-rumah makan yang ada pintunya. Tinggal tutup saja. Beres. Tak ada yang melihat aksi makan di siang hari bolong ini.

www.republika.co.id

Aku sendiri belum pernah melihat warung makan yang buka ketika siang hari Ramadhan. Namun di sebuah pasar, aku pernah melihat beberapa gerobak penjual minuman dingin berjualan dengan bebas. Aku geregetan sekali. Pertama karena berpikir apakah mereka tidak mengetahui larangan berjualan makanan/minuman saat puasa. Kedua, karena saat itu rasa haus sampai ke ubun-ubun. Panas bray, melihat es siapa yang tidak tergoda? Bayangkan jika ada yang nekat membeli. Nah siapa yang berdosa?

Sebenarnya kategori pelanggaran aturan ini juga kena bagi para penjual makanan untuk berbuka yang menggelar dagangannya sebelum jam 2 siang. Setahuku sih begitu. Ketika aku SMA dulu, para polisi berjaga-jaga di sekitar pasar Ramadhan untuk mencegah para penjual untuk membuka dagangan mereka sebelum jam 2. Ngapain juga siang-siang mulai berjualan sedangkan waktu berbuka jam setengah 7 petang?

#30HariNgeblogTemaRamadhan
Rindang Yuliani
Hi, I'm Rindang Yuliani. I'm a writer, a civil servant, and living in Barabai, South Borneo. I love reading and I'm interested in travelling. My first book is Escape, Please!

Related Posts

Posting Komentar