Menikmati Proses. Meladeni Obsesi. Mengakrabi Tuhan.

Silly Moment at Taraweh

Posting Komentar
Malam kedua Ramadhan tahun ini, aku dapat tempat tarawih di sebelah kiri seorang ibu yang membawa anak kecil berumur sekitar 3 tahun. Anaknya cantik, sangat menggemaskan. Apalagi ketika dia pakai mukena. Lucu banget. Aku jadi senang memandanginya ketika diantara dua salam. Tapi orangnya tidak bisa diam, kalau nggak ngajak ngomong mamanya (meski mamanya sedang shalat), dia jalan-jalan di sekitar saf kami. 

Pada suatu sujud, dia menaiki punggung mamanya. Tentu saja mamanya tidak bisa bangkit untuk melanjutkan shalat. Tapi dengan sebelah tangan, masih dalam posisi shalat, sang mama akhirnya menurunkan si kecil yang lucu. Beruntung Icha (nama si kecil, aku tahu karena dia sering berbicara dengan menggunakan kata ganti orang pertama dengan namanya), tidak terjatuh keras ke lantai. 

Sekilas kulihat, karena tepat di dekat kakiku, adik kecil ini jatuh dengan posisi duduk. Setelah salam, mamanya sibuk membisiki Icha dengan lembut agar tidak lagi mengulangi hal tersebut. Tapi tentu saja yang namanya anak kecil, mereka suka melakukan hal yang dilarang oleh orang dewasa di sekitarnya. Jadilah, beberapa kali adegan jatuh si Icha menyibukkan pikiranku ketika tarawih pada malam itu. Tapi akhirnya Icha berhenti sendiri, mungkin karena capek dan bosan.

Kukira “kehebohan” berhenti sampai di sana, ternyata tidak. Ibu-ibu di samping kiriku ternyata juga membawa anak perempuan yang agak sedikit lebih tua dari Icha, namanya Ayu. Ternyata sebelum mendekati mamnaya, Ayu ini bermain-main di barisan paling belakang surau. Ketika dia capek dan mendekati mamanya, direbahkanlah si Ayu di sajadah mamanya di sisi yang dekat sajadahku. Icha yang juga sudah capek, juga rebahan di sajadah mamanya disisi dekat sajadahku.

lifestyle.kompasiana.com

Mungkin karena sama-sama anak kecil dan rebahan berdekatan. Maka berbicaralah mereka dengan sajadahku sebagai perantara. Yang lucu itu ketika aku sujud, aku jadi jelas mendengar mereka sedang membicarakan apa. Meski aku tak ingin menangkap isinya (mau khusyu’ ceritanya). 

Alamak, dua anak kecil ini ada-ada saja. Aku jadi bertanya-tanya, apa yang akan dilakukan oleh Totto-chan si hiperaktif, jika dia ikut tarawih. Kelakuan dua anak ini sepertinya tidak ada apa-apanya.

Secara pribadi, kehadiran anak-anak di surau yang dibawa orang tuanya saat tarawih tidak membuatku terganggu. Aku hanya perlu memperbesar rasa permaklumanku. Toh mereka anak-anak. Orang tua mereka juga tidak ingin ketinggalan mendapatkan pahala tarawih. Begitu pikirku.

Namun ada seorang bapak-baapak yang menulis status di facebook bahwa sebaiknya para orang tua harus yakin anaknya tidak nakal di masjid atau surau ketika akan membawa mereka saat tarawih. Kerena jika tidak,  bukan pahala yang didapat sebaliknya malah dosa karena mengganggu kekhusyuan ibadah jamaah yang lain. Mungkin pendapat ini benar juga. Tinggal kebijakan masing-masing orang tua saja.
Rindang Yuliani
Hi, I'm Rindang Yuliani. I'm a writer, a civil servant, and living in Barabai, South Borneo. I love reading and I'm interested in travelling. My first book is Escape, Please!

Related Posts

Posting Komentar