Menikmati Proses. Meladeni Obsesi. Mengakrabi Tuhan.

Makna Hidup Bagiku

11 komentar
Setelah berkontemplasi cukup lama, memadukan pemikiran dari banyak penulis dari buku yang kubaca, dan merenungi perjalanan hidupku 22 tahun terakhir ini, aku membuat kesimpulan. Kesimpulan yang sejatinya memang harus sudah didapatkan oleh orang-orang yang berumur20-an. Kesimpulan tersebut berisi bahwa hidup yang kita lalui harus bermakna.

Hidup bukan hanya sebagai tempat singgah sebelum menuju keabadian. Hidup juga bukan sekedar waktu menikmati semua yang tersedia di alam. Pun, hidup juga bukan wahana untuk bersenang-senang semata. Ada yang lebih harus dikaji dari kehidupan ini. Ada sesuatu yang harus kita bawa pergi sekaligus kita tinggalkan ketika kita meninggalkan dunia ini nanti. Itulah “makna”.

Sejatinya, hidup kita bermakna ketika keberadaan kita mampu memberi perubahan lingkungan ke arah yang lebih baik. Lebih jauh lagi, sebagai muslim, keberadaan kita harus meliputi 3 hal berikut. Pertama, kehadiran kita memberikan rasa nyaman terhadap orang di sekitar kita. Kedua, keberadaan kita memberikan rasa aman terhadap orang lain. Ketiga, eksistensi kita sebagai manusia harus bermanfaat bagi makhluk hidup lain terutama sesama manusia.


Ketika ketiga hal tersebut sudah kita penuhi, setidaknya kita telah melengkapi setengah dari makna hidup kita. Setengahnya lagi, urusan kita dengan Sang Khalik. Karena tak bisa dipungkiri, manusia adalah makhluk spiritual. Jiwa kita memiliki kebutuhan untuk dekat dengan Rabb-nya. Oleh karena itulah, orang jahat biasanya selalu merasa gelisah.

Bagiku sendiri, hidupku akan bermakna ketika aku mampu mencapai mimpi-mimpiku dan kemudian berkontribusi ke lingkungan dengan apa yang telah aku capai. Jadilah, beberapa tahun terakhir, ketika pencarian makna terhadap hidup ini kumulai, aku telah menghabiskan setidaknya tiga per empat energiku setiap harinya untuk memenuhi target-target yang telah kubuat.

Secara konkrit, bagiku hidup akan jauh lebih bermakna ketika keluarga -terutama orang tua, menjadi tempat kembali dalam berbagai hal. Tolak ukur baik buruk adalah apa yang akan keluarga rasakan, ketika kita memutuskan sesuatu. Bukan diri sendiri, apalagi orang-orang di sekitar kita yang hanya ngomong sesuai prasangka mereka.

Oleh karena itu, salah satu mimpi dalam hidupku adalah membersamai keluarga selama mungkin dalam hidup yang singkat ini. Kita tidak akan pernah tahu, kapan kematian akan memisahkan kita. Dan aku tak ingin ketika hari itu tiba, aku baru menyadari betapa pentingnya menghabiskan waktu bersama keluarga.
Rindang Yuliani
Hi, I'm Rindang Yuliani. I'm a writer, a civil servant, and living in Barabai, South Borneo. I love reading and I'm interested in travelling. My first book is Escape, Please!

Related Posts

11 komentar

  1. Kalau prinsip saya mah hidup akan bermanfaat apabila diisi dengan yang bermanfaat juga mbak dan apabila hidup mau berkah diisi juga dengan keberkahan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar Kang Nurul Iman, berkah itu kata kunci hidup yang bermakna.

      Hapus
  2. iyahh..tentunya manfaatkan hidup ini dengan penuhh kebaikan dan kejujuran yang akan membawa kita hidup tenang dan bisa mempergunakan hidup dengan sebaik-baiknya..hehheh

    salam blogger

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam blogger juga Mas/Mbak Yuli. Semoga hidup kita sama2 bermanfaat ya.

      Hapus
  3. Maka dari itu semakin seseorang dewasa, pmikirannya uda bukan ke diri sendiri lagi ya, tetapi tindak tanduknya juga menjaga kehormatan keluarga

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar, Mbak. Semakin dewasa, semakin banyak hal yang harus dipikirkan terutama keluarga.

      Hapus
  4. sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang dan lingkungan di sekitarnya

    BalasHapus
  5. Keren tulusannya,

    Kalo ak sih hidup Itu untuk dijalani, hal-hal yang bermanfaan Dan berguna bagi diri sendiri maupun orang disekitar kita

    BalasHapus

Posting Komentar