Menikmati Proses. Meladeni Obsesi. Mengakrabi Tuhan.

Trancendence, Ketika Dunia Kacau Akibat Teknologi

Posting Komentar
Bayangkan jika ternyata otak manusia dapat dihubungkan ke komputer dan jaringan internet yang notabene menampung semua informasi dari seluruh dunia. Pasti akan sangat luar biasa dampaknya. Manusia tentu dapat melakukan apa saja untuk mencapai tujuannya masing-masing. Transendensi. Itulah istilah yang digunakan untuk menyebut kehebatan teknologi ini. Singkatnya transendensi adalah penyisipan bagian otak manusia (gen?) ke jaringan komputer dan menghubungkannya ke internet. Ini menurutku, karena aku tak menemukan kata transendensi atau pun trancendence dalam kamus.

Trancendence adalah film yang beberapa waktu lalu kutonton. Ini film kedua yang tak sengaja kutonton dan bagus. Tak sengaja karena sebelumnya tak ada rencana nonton dan tentu saja tak ada target film apa yang akan ditonton. Kemarin itu, hanya melihat judul dan aktor utamanya (Johnny Depp) saja, aku dan teman-temanku sudah bisa mengira kalau film ini keren.

http://www.thatsreallypossible.com/

Film ini bercerita tentang obsesi sepasang suami istri yang ingin menyempurnakan fungsi otak manusia dengan bantuan teknologi, dalam hal ini komputer dan internet. Pada awalnya yang paling terobsesi adalah si istri. Sang suami yang sangat genius hanya mengikuti obsesi istrinya untuk mengembangkan teknologi ini. Sesaat setelah mengadakan ceramah mengenai transendensi, si suami ditembak dengan peluru zat kimia yang menggerogoti setiap sel tubuhnya. Penembakan itu merupakan reaksi penentangan terhadap rencana transendensi suami-istri ilmuwan tersebut.

Sang suami akhirnya meninggal. Si istri bersedih, tentu saja. Ketika si istri ini putus asa dan memtuskan hendak mematikan total seluruh perangkat komputer mereka yang berada di laboratorim penelitian, tak dinyana komputer induk ternyata mengirimkan pesan. Komputer tersebut mengaku sebagai sang suami. Memang, ketika masa-masa kritis suaminya, si istri dan seorang sahabat suami-istri tersebut melakukan usaha agar otak jenius si ilmuwan bisa ditransendensi ke komputer. Si istri kemudian meyakini bahwa suaminya masih hidup. Lebih tepatnya, otak suaminya masih hidup dan tersambung ke jaringan internet dunia.

"Otak ajaib" si ilmuwan (pict source)

Masalah sesungguhnya baru dimulai. Kelompok yang tidak menyetujui ide transendensi mulai melakukan gerakan untuk mencegah berkembangnya trandensi. Dengan menyandera si sahabat suami-istri ilmuwan, kelompok ini melakukan pengejaran terhadap istri dan “otak ajaib” sang ilmuwan. Si istri ternyata membangun laboratorium bawah tanah di kota antah berantah. 

Pada titik ini, kami sebagai penonton dibimbangkan dengan penokohan. Siapa yang berperan sebagai tokoh antagonis, dan sebaliknya siapa yang berperan sebagai tokoh protagonis. Kebimbangan lain yang disebabkan oleh film ini adalah apakah “otak ajaib” tersebut milik sang ilmuwan atau bukan? Pada akhir film, sepertinya otak tersebut memang milik sang ilmuwan. Meski ada beberapa bagian yang menuntun penonton untuk meragukannya.

Keraguan muncul (pict source)

Kekacauan yang disebabkan oleh transendensi ini adalah terjawabnya semua permasalahan manusia di dunia. Lho, bukannya itu bagus? Seluruh penyakit ada obatnya, pohon bisa tumbuh dalam waktu yang singkat, kuatnya daya otot manusia, dan cepatnya kepulihan jaringan yang luka. Itu adalah sedikit dari efek yang terjadi dengan adanya transendensi. Tapi “otak ajaib” ini melupakan sesuatu. Alam memerlukan keseimbangan untuk terus bertahan. Jika seluruh manusia di dunia ini sehat maka pertambahan populasi akan terus terjadi, bayangkan sendiri bagaimana akibat globalnya.

Pada saat tersebut, sang istri merasakan kebimbangan, dia bingung dengan kesalah-benaran keadaan ini. Obsesi yang dulu dimilikinya, kini malah berpindah ke otak sang suami. Si suami yang marah karena ada kelompok penentang yang menghalangi aksinya, termasuk sahabat yang selama ini menjadi kepercayaan mereka, memproduksi virus massal. Virus-virus ini dapat membentuk apa saja yang dia inginkan, bahkan manusia. Ketika laboratorium dan segala perangkatnya dihancurkan bahkan dengan senjata meriam, bangunan tersebut akan kembali pulih dengan cepat. Mengerikan sekali.

Bangkit dari "kematian" (pict source)

Di akhir film, otak suami menjelma menjadi manusia utuh kembali! Tak dapat dibayangkan. Karena sebelumnya, saat kematiannya terlihat adegan bahwa si istri menabur abu tubuh suaminya di sungai. Terjadi pertentangan antara suami dan istri tersebut, yang mulai mempercayai kelompok penentang. Pada akhirnya ketika tubuh sang istri yang masih manusia kena tembakan, sang suami mengalah dan ia pun menyisipkan elemen (chip?) yang diminta sang istri ke tubuh istrinya. Dengan kendali yang sudah ada dalam tubuh sang istri, tubuh pasangan tersebut akhirnya hancur bersama-sama virus ganas yang tercipta akibat transendensi. Aku menitikkan air mata pada scene ini.

Setelah itu, kembali ke epilog yang diletakkan di awal film, dunia menjadi hancur karena ketiadaan teknologi. Karena kehancuran fisik sang ilmuwan juga menyebabkan musnahnya jaringan internet dan segala peradaban teknologi tinggi. Segala gadget dan perangkat komputer akhirnya hanya menjadi rongsokan pengganjal pintu. Miris sekali.

Aku tahu ini hanya fantasi dari sekelompok orang yang ngerti bioteknologi dan high tech. Tapi menurutku tak menutup kemungkinan, suatu saat nanti akan ada orang seperti pasangan ilmuwan ini yang terobsesi menjadikan manusia kendali terhadap alam. Tapi setidaknya film ini telah memberikan peringatan bahwa alam sekarang adalah alam yang sama sejak ia diciptakan bermilyar tahun yang lalu. Ia membutuhkan keseimbangan untuk tetap bertahan.

Empat jempol deh untuk film ini (y)











Rindang Yuliani
Hi, I'm Rindang Yuliani. I'm a writer, a civil servant, and living in Barabai, South Borneo. I love reading and I'm interested in travelling. My first book is Escape, Please!

Related Posts

Posting Komentar