Menikmati Proses. Meladeni Obsesi. Mengakrabi Tuhan.

Wonderful Woman

Posting Komentar
Aku mengagumi nenek dari pihak ibuku. Bagiku, beliau pantas disebut patriot dalam keluargaku. Efek kepahlawanannya mungkin tidak langsung sampai padaku, tapi aku tahu kehebatannya merupakan salah satu alasan mengapa aku bisa merasakan kehangatan keluarga. Beliau sangat keren. Aku selalu terkaget-kaget dengan keluar-biasaannya, bahkan hingga di usiaku yang ke-22 ini. Aku tak berhenti mengaguminya.

Sebutan patriot yang kuselipkan bukan karena ia berjuang di medan perang atau melindungi negara dan keluarga dari bencana besar. Kata hebat juga bukan untuk menggambarkan bahwa ia bisa dalam segala hal. Kata keren yang kugunakan pun bukan untuk menunjukkan betapa modisnya ia di usia yang tak lagi muda, seperti penampilan oma-oma dalam sinetron. Luar biasa juga bukan kata yang kumaksudkan untuk menggambarkan betapa beliau memiliki banyak kelebihan dibandingkan wanita-wanita lain. 

Dari cerita yang kudengar dari mama, nenek menikah dengan kakek pada saat usianya 15 tahun. Pada saat itu seorang gadis dengan umur belasan memang sudah lumrah untuk menikah. Mungkin waktu itu sekitar tahun  1965an, mamaku anak pertama mereka yang lahir pada tahun 1970. Kakek sendiri berusia 5 tahun di atas nenek dan ia baru saja bercerai dari istri pertamanya. 

Kehidupan saat itu tidak bisa dibilang mudah. Seluruh negeri sedang bergelut dengan kemiskinan pasca perang. Sambil mengasuh mama dan adik-adik mama, nenek juga ikut bekerja untuk mendapatkan uang tambahan agar bisa mencukupi kebutuhan keluarga. Selain gigih mengurus rumah, anak, dan membantu mencari nafkah, nenek juga harus sabar dengan perangai kakek yang seringkali keras. Keputusan kakek tak bisa dibantah. Bagi nenek, kakek adalah imamnya yang terbaik sehingga tak ada sedikit pun niat untuk melawan. Ia sangat tabah dalam menghadapi sikap kakek tersebut. 

Nenek juga merupakan anak yang sangat berbakti bagi orang tuanya. Dia anak satu-satunya yang tinggal dekat dengan ibunya karena saudara-saudara yang lain tinggal jauh di rantau. Ayah nenek sudah lama meninggal, sehingga ibu nenek (aku memanggilnya datu) tinggal sendiri di rumah tua berjarak kurang lebih 1 km dari rumah nenek. Hampir setiap hari di sela kesibukannya, nenek menjenguk datu dan sering membawakan makanan. Hingga datu meninggal setahun lalu, nenek tak pernah absen menengok dan merawat datu.

Nenek juga seorang yang baik hati. Di seluruh kampung, ia terkenal sebagai orang yang ramah dan rendah hati. Jujur saja, aku bangga dengan status menjadi cucunya. Semoga kami cucu-cucunya bisa mewarisi sifat baiknya. Aamiin. 

Ia juga sangat sayang dengan cucu-cucunya. Perhatiannya tak pernah luntur pada setiap cucu meski terbagi untuk 12 orang. Bahkan pada cucu dari anak kakek pernikahan sebelumnya, ia tak membedakan besar kasih sayangnya. Anak-anak nenek, yang sekarang sudah berkeluarga kecuali tanteku yang terakhir, selalu ringan langkah untuk mengadukan masalah padanya. Karena kakek orang yang sangat keras, biasanya jika ada masalah mama dan adik-adiknya berbicara dengan nenek terlebih dahulu. Apabila mood kakek sedang bagus, maka nenek akan pelan-pelan bercerita. Bahkan hingga tua, nenekku tetap menjadi tumpuan yang nyaman bagi anak-anaknya


Sekarang, meski tidak dituntut oleh kebutuhan, nenek tetap bekerja. Seperti kebanyakan penduduk di desaku, beliau menyadap karet untuk dijual kepada pengepul karet. Membunuh sepi, mungkin itu yang menjadi alasan beliau. Karena sekarang ia hanya berdua di rumah besarnya dengan kakek. Beliau juga masih setia merawat kakek yang terkadang sakit-sakitan. 

Seiring bertambahnya usia, nenek sekarang sering lupa dan cerewet dalam segala hal. Beberapa cucu bahkan kakek terkadang meledeknya, dia tersenyum sebagai balasan. Mama dan tante-tanteku sering mengingatkan kami, jangan menertawakan nenek. Beliau berjuang keras dulu untuk kami. Sekarang saatnya kami membahagiakannya dengan menghormati beliau. Beliau adalah teladan hidup dari sebuah kerja keras tak kenal lelah.

Beliau menjadi patriot keluarga karena tanpa ketabahannya dan kasih sayangnya yang besar pada anak-anaknya di kehidupan yang begitu sulit, mungkin keluarga besar kami tidak sebahagia ini. Beliau hebat karena mampu mempertahankan keutuhan keluarga dengan sikap kakek yang menjengkelkan. Beliau keren karena sifat beliau yang low profile meski kini kesulitan tak menghampirinya lagi. Beliau luar biasa karena sikap beliau yang bersahaja dan baik hati pada semua orang.  Pokoknya nenekku adalah wonderful woman.
**


Rindang Yuliani
Hi, I'm Rindang Yuliani. I'm a writer, a civil servant, and living in Barabai, South Borneo. I love reading and I'm interested in travelling. My first book is Escape, Please!

Related Posts

Posting Komentar