Menikmati Proses. Meladeni Obsesi. Mengakrabi Tuhan.

Danau Baruh Bahinu

Posting Komentar
Danau Baruh Bahinu terletak di Desa Baruh Bahinu Dalam, Kecamatan Paringin Selatan, Kabupaten Balangan. Waktu aku ke sana, hari masih pagi sekitar jam 10. Kata teman yang menemaniku sih, pemandangan di danau ini bagus dinikmati ketika sore. Menjelang matahari terbenam. Hanya saja pertimbanganku untuk berangkat pagi kemarin, agar di jalan tidak kepanasan atau kemalaman. Maklum jalan menuju ke sana cukup jauh, sekitar 1 jam lebih dari rumahku yang terletak di Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Ditambah medan perjalanan yang tidak bisa dibilang bagus. Disana-sini lubang. Fiuhh. Sedangkan dari pusat Kota Paringin, ibukota Kabupaten Balangan, danau ini bisa ditempuh dalam waktu sekitar 30 menit.


Memasuki desa menuju danau tersebut, aku melihat sebuah tugu atau monumen pahlawan di sisi kanan jalan. Di monumen tersebut tertulis nama-nama pahlawan yang gugur dalam peperangan melawan penjajah. Sayangnya keadaan tugu ini kurang terawat. Di sekelilingnya, rumput-rumput liar tumbuh dengan subur. Hal ini didukung pula dengan letaknya di jalan yang sunyi luar biasa.




Fyi nih, sebelum aku ke danau ini aku pernah mendengar beberapa cerita mistis mengenai danau ini. Apa saja? Sebaiknya tidak perlu kuceritakan. Hanya saja memang perlu berhati-hati kalau ke sana. Hati-hati tercebur. Danaunya cukup dalam.


Danau Baruh Bahino sebenarnya merupakan sebuah rawa yang luas sekali. Tapi sayang, sebagian besar permukaannya ditutupi oleh tanaman eceng gondok dan berbagai hidrofita lainnya. Membentang di atas danau ini jembatan dari kayu dan beberapa pelataran beratap menyerupai dermaga, yang sepertinya memang cantik jadi spot hunting foto saat sore menjelang.



Di sebuah sudut jembatan terlihat sebuah sepeda air dengan kondisi yang tidak bisa dibilang bagus. Beberapa sepeda air lainnya terdampar di tebing danau. Di badan sepeda air tersebut tertulis DISPORAPARBUD. Sepertinya pemerintah Kabupaten Balangan sudah berusaha untuk mengembangkan tempat ini sebagai tempat wisata. Tapi seperti yang kulihat, daerah ini sama sekali belum berkembang. Entah karena aku datang waktu pagi dan di hari kerja atau memang jarang ada orang yang datang ke sana, tempat ini terlalu sepi untuk dibilang sebagai tempat wisata. Lagipula, tidak terlihat seorang pun di sana yang bertugas sebagai pengelola tempat ini.


Yang terlihat jelas oleh mataku, danau ini merupakan tempat yang banyak digunakan oleh warga untuk beraktivitas sehari-hari. Danau ini memang terletak di belakang rumah warga, sangat dekat sekali dengan pemukiman. Sambil menikmati ketenangan permukaan danau yang menenangkan, aku mengamati kegiatan para warga di danau tersebut. Ada yang mandi, mencuci pakaian, membersihkan motor, bahkan membuat keramba ikan. Jembatan yang menghubungkan jalan desa utama dengan hutan karet pun sering dilewati oleh warga dengan sepeda atau motor.



Terlepas dari kekurangan-kekurangan tersebut, danau ini memang indah. Tentu saja aku tak melewatkan sesi foto dengan latar belakang danau ini. Semoga saja yang berwenang dalam dunia kepariwisataan di daerah ini konsisten untuk selalu mengembangkan potensi daerah dalam bidang pariwisata.

Rindang Yuliani
Hi, I'm Rindang Yuliani. I'm a writer, a civil servant, and living in Barabai, South Borneo. I love reading and I'm interested in travelling. My first book is Escape, Please!

Related Posts

Posting Komentar