Menikmati Proses. Meladeni Obsesi. Mengakrabi Tuhan.

Bawang Dayak

Posting Komentar
Ada yang belum tahu dengan Bawang Dayak? Atau bahkan baru sekali ini membaca/mendengar namanya. Kali ini aku akan berbagi sedikit info mengenai bawang yang kaya manfaat ini.

Seminggu yang lalu sebenarnya aku juga baru pertama kali melihat secara langsung bagaimana wujud asli si Bawang Dayak. Kalau mendengarnya sih sudah sering, karena di jurusanku -Biologi, tanaman ini cukup terkenal. Kakak-kakak tingkat sering menggunakannya untuk penelitian. Bahkan ada beberapa praktikum (mata kuliah pilihan yang tidak kupilih) menggunakan bawang ini sebagai objek percobaan.


Kali ini, yang meneliti bawang dengan nama latin Eleutherine palmifolia ini adalah teman-teman dekatku sendiri. Ya, mereka dengan segala keberuntungan ditakdirkan untuk bersama-sama dalam satu tim penelitian skripsi. Sedangkan aku? Hikz *galau mengingat medan perjuangan skripsiku.

Lupakan masalah terisolir dari grup skripsi. Meskipun begitu tetap saja terkadang aku juga hadir di tengah-tengah kegiatan mereka. Nah kebetulan seminggu yang lalu, ketika aku datang tanpa diundang dalam kegiatan mereka, teman-temanku ini sedang berurusan dengan si Bawang Dayak. Langsung saja aku yang belum pernah melihatnya secara langsung, antusias. Meskipun sikap antusiasku tidak sampai membantu pekerjaan mereka =D



Dari beberapa literatur yang kubaca, bawang ini dinamai Bawang Dayak karena berasal dari Pulau Kalimantan, tepatnya Kalimantan Tengah. Di provinsi ini, Suku Dayak asli memang masih eksis dalam jumlah yang tidak bisa dibilang sedikit. Bahkan, teman-temanku yang berasal dari sana -yang sudah masuk generasi milenium masih bisa berbicara menggunakan Bahasa Dayak, macam-macam pula bahasanya tergantung jenis Suku Dayaknya.

Nah kaitannya dengan si bawang, Suku Dayak ini ternyata memanfaatkan tanaman  ini untuk kehidupan mereka sehari-hari. Terutama untuk pengobatan berbagai macam penyakit. Sehingga tanaman Bawang Dayak dapat disimpulkan merupakan salah satu tanaman etnobotani, yaitu tanaman yang tidak terlepas dari adat budaya penduduk di suatu daerah, atau bahkan tanaman tersebut yang mempengaruhi adat budaya suatu suku.

Oya, di luar kalimantan katanya orang-orang menyebut nama bawang ini dengan Bawang Sabrang, karena untuk mendapatkannya harus menyebrang (sabrang) pulau. Sejauh ini, hasil penelitian menunjukkan bahwa bawang dayak mengandung banyak jenis senyawa metabolit sekunder (metsek) seperti alkaloid, saponin, tri-terpenoid, steroid, glikosida, tanin, flavonoid, dan lain-lain. Btw tentang senyawa metsek, bawang ini ternyata tidak mengeluarkan bau yang khas seperti bawang merah atau bawang putih. Aku menciumnya sendiri kemarin. Tapi mungkin keberadaan metsek pada bawang dayak ditandai dengan efek perihnya di kulit yang terbuka/terluka. Seperti yang terjadi kemarin aku tak sadar mengucek mata setelah memegang bawang ini, alhasil mataku perih. Fiuhh.

Dengan berbagai macam senyawa metsek tersebutlah, secara ilmiah dapat diakui bahwa bawang dayak dapat digunakan sebagai obat. Penyakit-penyakit yang bisa disembuhkan oleh bawang dayak antara lain adalah diabetes, penyakit kuning dan kelamin, kanker, tumor, TBC, asma, migrain, vertigo, ginjal, darah rendah, dan insomnia. Cara penggunaanya bermacam-macam tergantung jenis penyakit yang ingin disembuhkan.

Oke deh, sampai di sini dulu “kicauan”ku tentang Bawang Dayak. Lain kali, bahasannya akan lebih ilmiah, kalau teman-temanku sudah menyelesaikan penelitiannya. Jadi aku bisa copast tinjauan pustaka mereka *muka jahat =D


Rindang Yuliani
Hi, I'm Rindang Yuliani. I'm a writer, a civil servant, and living in Barabai, South Borneo. I love reading and I'm interested in travelling. My first book is Escape, Please!

Related Posts

Posting Komentar