Menikmati Proses. Meladeni Obsesi. Mengakrabi Tuhan.

Pemuda dan Pendidikan, Kunci Utama Indonesia Sejahtera

Posting Komentar

Menurutku, solusi terpraktis untuk mengatasi banjir masalah di Negara Indonesia ini adalah dengan cara melakukan pendidikan terhadap para pemuda. Menanamkan nilai-nilai yang seharusnya dimiliki oleh para pemuda Indonesia, khususnya melalui dunia pendidikan. Karena dalam dunia pendidikan, terdapat ribuan anak Indonesia yang sedang menuntut ilmu. Beberapa tahun kemudian di tangan anak-anak tersebutlah negara ini akan di bawa.

Ilmu yang seharusnya para pemuda miliki sekarang antara lain yang paling utama adalah ilmu agama (di mana di dalamnya telah terdapat nilai-nilai moral, tata krama tingkah laku, dan tentu saja tolak ukur terhadap nilai baik-buruk) serta pemuda juga perlu mempelajari nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila, yang merupakan dasar negara kita untuk membangkitkan semangat nasionalisme. Mengutip perkataan Bapak Proklamator kita, Ir. Soekarno “beri aku 20 orang tua pasti aku bisa mengguncang Indonesia, beri aku 10 orang pemuda niscaya aku mampu mengguncang dunia”. Lihatlah semangat yang dikobarkan dalam kata-kata beliau berikut juga artinya, terlihat betapa peran seorang pemuda dalam mengubah sebuah kondisi sangat besar.



Usaha mendidik pemuda tersebut seperti halnya kita menanam sebuah pohon. Buah manis dari pohon tersebut dapat kita nikmati setelah kita dengan telaten menyiram, memberi pupuk dan menjauhkannya dari komponen-komponen yang mampu mengganggu pertumbuhan dan perkembangan pohon tersebut. Sama halnya dengan pohon, pemuda mempunyai ‘musuh’ yang harus dimusnahkan sejak dini, yaitu antara lain narkotika dan pergaulan bebas. Kewajiban kita semuanyalah untuk memberantas mewabahnya ‘hama-hama’ tersebut. Pupuk terbaik adalah pendidikan moral yang merupakan langkah awal yang harus dilakukan oleh semua pihak yang menginginkan Indonesia ini sejahtera.

Dampak lebih jauh dari pendidikan pemuda ini adalah saat mereka menjadi orang-orang yang bertugas sebagai pengambil keputusan nantinya. Berdasarkan ilmu yang telah didapatnya dalam dunia pendidikan, tentu saja keputusan-keputusan tersebut mempunyai aspek yang baik bagi pembangunan negara. masalah korupsi misalnya, tak akan terjadi jika masing-masing individu yang mempunyai kesempatan untuk melakukannya sadar bahwa itu “tidak boleh”. Kalaupun terjadi, pengambilan langkah hukum pasti akan dilakukan secara adil oleh anak-anak bangsa yang tahu bahwa hukum tak dapat diperjualbelikan atas nama apapun. Bukankah sebuah bibit yang unggul nantinya akan tumbuh menjadi pohon yang baik pula?


Masalah kemiskinan dapat diatasi dengan sistem yang tepat, misalnya optimalisasi penggunaan lembaga-lembaga zakat yang amanah atau pula melalui pinjaman-pinjaman usaha untuk masyarakat yang kurang mampu, penyediaan lapangangan kerja yang mencukupi untuk pengangguran yang kian menjamur serta masih banyak lagi cara yang dapat ditempuh untuk mengentaskan kemiskinan. Pelayanan pendidikan yang memadai akan menjadi prioritas utama para wakil rakyat jika mereka memang berasal dari golongan terdidik dan bermoral. Sengkarut penegakan keadilan tak akan terjadi dengan adanya para penegak hukum yang lurus, lagi-lagi semuanya harus berasal dari kalangan yang “bersih”. Nasionalisme para pemuda juga sekarang ini makin terkikis, perlu seorang atau bahkan beberapa orang “provokator Cinta Indonesia”. Siapa yang bisa melakukan sesuatu yang tak pernah dipelajarinya? Tentu tak ada, Oleh karena itu pendidikan dengan menyelipkan nilai-nilai kebhineka-tunggal-ikaan, kepahlawanan dan cinta budaya sangat penting diterapkan. 

Permasalahan lain yang juga sangat penting untuk disorot dan harus segera ditindaklanjuti adalah pengelolan sumber daya hayati Indonesia yang sekarang hanya dinikmati sebagian golongan dan atau bahkan oleh orang asing. Para pengambil keputusan dan pemberi ijin dalam praktik pertambangan dan pengerukan sumber daya alam Indonesia tidak lagi melihat dari sistem ekologi tapi dari sisi ekonomi. Undang-undang yang berbunyi bahwa semua kekayaan alam Indonesia adalah milik rakyat dan negara, seakan merupakan kalimat semu yang tak mungkin terealisasi. Serta sangat banyak lagi, masalah-masalah lain yang perlu dibenahi oleh pemuda masa depan untuk Indonesia yang sejahtera.

Jelas sudah bahwa inti dari permasalahan di negara kita sekarang adalah para pengambil kebijakan yang tidak menjalankan kewajibannya sesuai amanah, para wakil rakyat yang katanya memikirkan kepentingan rakyat serta tak kalah penting adalah sistem kehidupan yang kita anut sekarang. Apakah itu? Ya, kapitalisme. Paham ini hanya menguntungkan orang-orang bermodal besar dan yang punya “kecerdikan” mengolah sesuatu-apapun itu, menjadi sumber uang bagi kantong pribadi dan golongan. Oleh karena itu, bersiaplah dari sekarang wahai pemuda, membangun Indonesia dengan nilai-nilai moral dan pancasila. Belajar dari sekarang untuk menerapkannya di masa depan. Hidup Indonesiaku!

*memperingati Hari Sumpah Pemuda (28 Oktober 2011) dan Hari Pahlawan (10 November 2011)
Rindang Yuliani
Hi, I'm Rindang Yuliani. I'm a writer, a civil servant, and living in Barabai, South Borneo. I love reading and I'm interested in travelling. My first book is Escape, Please!

Related Posts

Posting Komentar